Minggu, 06 November 2011

CERPEN "CINCIN ILALANG"


Cincin Ilalang

Ini kisah persahabatan dua anak pulau yang  berakhir ke sebuah pernikahan. Abdi dan Farah dua sahabat yang selalu dikucilkan oleh teman-teman sebayanya. Karena Abdi mengalami keterbelakangan mental, sementara itu Farah adalah anak yatim piatu yang diasuh oleh bibinya yang kejam. Abdi anak orang kaya di pulau itu, namun keadaannya tidak terlalu diperdulikan oleh orang tuanya yang sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Orang tua Abdipun sering bertengkar dihadapannya sehingga membuat Abdi menjadi anak yang sedikit pendiam.
Suatu hari Abdi dan Farah bermain di pinggir pantai, berlari kesana-kemari mengejar kupu-kupu yang sangat indah. Abdi sangat nyaman bermain dengan Farah, karena farah adalah teman yang baik hati. Tiba-tiba awan mulai gelap perlahan seluruh langit yang cerah tertutup awan mendung. Hujanpun turun sangat deras, padahal mereka masih asyik bermain. Mereka berlari kebawah pohon untuk berteduh. Beberapa saat hujanpun reda, begitu terkagumnya mereka melihat keindahan tuhan yang begitu agung. Pelangi menghiasi langit yang basah itu. Perasaan Farah sangat senang ia berteriak-teriak menikmati keindahan pelangi itu. Teringat cerita neneknya semasa hidup dulu, neneknya pernah bilang kepada Farah bahwa setiap ada pelangi ada bidadari yang turun kebumi. Mendengar cerita farah Abdi hanya tersenyum-senyum. Tanpa terasa hari sudah petang merekapun harus pulang kerumah masing-masing.
Setibanya di rumah Farah dimarahi oleh bibinya yang sangat kejam, badan Farah basah kuyup ia sangat kedinginan. Melihat keadaan itu bibinya sangat marah padanya. Farah dihukum tidak boleh tidur di dalam rumah dan ia tidak di beri makan malam. Ia sangat kedinginan dan kelaparan malam itu, air matanya berlinang di bawah rembulan yang remang di balik awak hitam malam itu. Tiba-tiba dalam kesedihannya Abdi datang mengejutkannya dari belakang  wajah Abdi sangat pucat. Ia kelihatan kurang sehat malam itu mungkin karena kehujanan tadi. Walaupun keadaannya tidak sehat tapi ia nekat menjumpai Farah hanya untuk memberi sepotong roti, Farah sangat senang karena ia memang sangat lapar. Malam itu di habiskan mereka berdua dengan tawa yang ceria.
Ke esokan harinya Farah sudah menunggu Abdi di pinggir pantai tempat yang biasa mereka bermain. Farah duduk manis di sebatang kayu yang besar di sekelilingnya banyak tumbuh ilalang, angin meniup sepoi-sepoi menemani penantian Farah. Satu jam menunggu namu Abdi tidak juga datang namun Farah tidak lelah menunggu kedatangan Abdi. Tiba-tiba terdengar suara orang menuju kearahnya sangat ramai, ternyata itu adalah suara anak-anak nakal yang selalu usil terhadapnya. Anak-anak nakal itu mengejek Farah dan merampas sandal Farah kemudian dioper kesana kemari, tangisan Farah tidak di hiraukan oleh anak-anak nakal itu. Kemudian Abdi datang dan berteriak mengusir anak-anak nakal itu, dengan kemampuannya ia menolak satu persatu anak-anak nakal itu. Anak-anak nakal itupun pergi sambil mengejek-ngejek dari jauh. Farah sangat senang dan memeluk Abdi, mereka duduk berdua di pinggir pantai itu, Abdi mencabut satu ilalang yang ada di dekat mereka dan menjadikan ilalng itu menjadi cincin dan di pasangkan di jari manis Farah. Farah tersenyum dan tersimpuh malu, tiba-tiba Ayah dan Ibu Abdi datang dan membawa pergi Abdi.
Orang tua Abdi memutuskan membawa Abdi ke luar Negeri untuk di obatkan di sana. Mendengar kabar itu Farah sangat sedih apalagi mereka tidak sempat bertemu saat kepergian Abdi. Tetapi, Farah selalu setia menantikan kedatangan Abdi kembali. Ia tidak peduli walaupun penantian itu sangat panjang Farah akan terus menanti Abdi kembali.
Tidak terasa sudah 17 tahun penantian Farah menunggu Abdi, kini mereka sudah dewasa. Akhirnya Abdi kembali, kini keadaan nya sudah seratus delapan puluh derajat berubah dari yang dulu ia sudah dapat di sembuhkan dan kini sudah tumbuh menjadi remaja yang sangat pintar dan tampan. Sementara itu, Farah tumbuh menjadi gadis desa yang sangat lugu dan sifatnya yang baik hati itu tidak berubah dari dulu.
Kebiasaan Farah dari kecil tidak pernah hilang yaitu ia selalu berdiri di pinggir pantai memandangi keindahan panorama alam yang terbentang luas itu, angin sepoi-sepoi membisikan pada ilalang  mengabarkan kesejukan hati. Suara ombak mendebur bak teriakan hati yang sedang dilanda rindu, pelangi terpancar di langit di dampingi awan-awan yang menari-nari di bayangan pandangan yang kosong. Teringat akan semua masa-masa indah bersama sahabat kecilnya Abdi.
Dalam lamunannya yang kosong tiba-tiba seseorang datang, Farah sangat terkejut melihat orang berdiri di belakangnya. Ia terdiam terpesona melihat ketampanan pemuda yang ada di hadapannya, begitu juga dengan Abdi tidak berkedip sedikitpun melihat wajah Farah yang sangat lugu itu tidak pernah dia melihat wanita seperti Farah sebelumnya. Mereka saling pandang dan akhirnya mengenali satu sama lain betapa senang hati Farah begitu juga dengan Abdi, merekapun saling melepas rindu yang sekian lama telah terpendam dan terkunci rapat dalam dinding hati.
Setelah pertemuan itu, Abdi dan Farah memutuskan untuk membina rumah tangga. Keinginannya itu di sampaikan kepada orang tua Abdi dan kedua orang tua Abdi menyetujui rencana anaknya itu. Akhirnya persahabatan yang begitu lama terjalin akhirnya berlabuh kepelaminan. Saat resepsi pernikahan itu berlangsung Farah menunjukan cincin ilalang yang dulu di sematkan di jari manisnya dahulu. Kini cincin itu di gantikan oleh cincin emas dengan permata yang begitu mewah. Pernikahan mereka dikaruniai dua orang anak yang sangat lucu, kehidupan rumah tangga mereka sangat bahagia. Kebahagian itu semakin hari semakin bertambah  dengan kelurga kecil mereka.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar