Selasa, 08 November 2011

PUISI "AMARAH LAUTAN"


Amarah Lautan

Telah terjadi masa itu tidakah jadi renungan
Laut menagis

Hembusan badai tak setara dibandingnya
Kobaran sang jago merah bukanlah tandingannya

Semesta merundung menyaksikan gelagat durjana
Nyawa-nyawa yang lupa akan diri mereka
Lentera penerang tak lagi bercahaya
Sajadah tak lagi tempat berpijak untuk berharap dan berdo’a

Lautan sudah tak sanggup menahan amarahnya
Amarah yang dilampiaskan dengan luapan air matanya
Luluh lantakan bumi seramoe mekkah dalam seketika

Bumi berguncang seakan membuktikan betapa marahnya sang jagad

Tak sadarkah nyawa-nyawa yang masih diberi kesempatan
Kesempatan untuk berpijak di bumi 
Yang telah menjadi sasaran kemarahan laut yang letih

Tak terbukakah mata-mata yang bernyawa
Betapa dahsyatnya luapan kemarahan lautan yang menjadi-jadi

Tak terpikirkah otak-otak bernyawa seberapa keji perbuatan
Yang telah dilakukan hingga membuat kemurkaan
Dengan luapan air mata lautan yang meruntah ruah

Tak tergerakah tangan-tangan bernyawa
Untuk melakukan kebaikan
Setelah menjadi saksi bisu kemarahan lautan yang tragis

Tak bertujuankah kaki-kaki bernyawa
Pada tempat-tempat suci-Nya
Setelah tahu apa yang dilakukan lautan saat meluapakan
Rasa kesedihan dan keprihatinannya pada nyawa-nyawa yang ada

Dan...
Tak merasakah hati yang bernyawa
bahwa laut telah memberikan peringatan untuk kehidupan yang lebih baik

1 komentar: