Minggu, 30 September 2012

puisi karya ku


Terimakasih tuhan
Sesejuk embun menetes di qalbu
Beningnya mengisi palung  jiwa yang gersang
Sehangat cahaya mentari pagi yang menyinari bumi
Adalah gambaran kasih sayangnya sangat bermakna

Putih melati yang mewangi
Bak harumnya yang terus mendampingi
Lantunan melodi terus iringi langkah ku

Bisikan angin nan lembut
Membuat terlena dalam angan-angan dalam lamun
Tapi tatapnya, senyumnya, dan belainya
Menyadarkan dari segala kegelisahan buai rinai hujan yang membasahi

Tuhan... pada-Mu syukur ku panjatkan
Dengan syahadat cinta-Mu ku bertahan
Segala puji atas kebesaran-Mu oh Tuhan ku
Telah kau ciptakan wanita yang berhati mulia dialah ibu ku!

@kamar, 01 April 2012

Sabtu, 22 September 2012

catatan untuk pak rektor


September 2012
Untuk yang terhormat
Bapak Rektor UNSYIAH
Di _
Tempat

Assalamu’alaikum Wr.Wb
Salam pak rektor yang sangat saya hormati dan saya muliakan, dalam kesempatan ini saya ingin menyampaikan beberapa hal yang saya anggap penting untuk bapak ketahui dan mudah-mudahan ini menjadi renungan kita bersama untuk berbenah. Saya bukan seorang ilmuan ataupun seorang pengarang novel yang punya tulisan bagus, saya hanya manusia biasa yang tak luput dari dosa mencoba menceritakan hal-hal penting yang harus kita ketahui bersama. Dengan bahasa yang maaf pak, mungkin bahasa yang sanagat pasaran. Yah ini seperti cerita tak penting pak. Tapi, harus di baca karena sesuatu yang kita anggap tak penting mungkin itu bisa sangat berarti. Saya mulai cerita saya ini.
Keadaan universitas. Sampah, Parkir, dan Kehidupan Sosial
Bukan rahasia umum lagi kan pak, bahwa universitas kita ini adalah universitas jantong hate rakyat Aceh. Sudah jelas bahwa jantung adalah komponen paling berpengaruh dalam kehidupan manusia. Jika jantung tak lagi berdetak maka matilah sebuah kehidupan. Terus mau dibawa kemana slogan Universitas kita ini pak? Tak terbesit kah di benak bapak setiap kali melintas jalan menuju kantor yang mewah tempat bapak bekerja, di pinggiran jalan terlihat banyak warna-warni yang sanggat mengganggu. Saya teringat sewaktu masa kanak-kanak ada lagu yang sanagat bagus liriknya “pelangi-pelangi alangkah indanya merah, kuning, hijau di langit yang biru pelukismu agung siapa Gerangan pelangi-pelangi ciptaan Tuhan” nah, agaknya lirik itu juga cocok untuk kondisi Universitas kita hanya tinggal coret sedikit kata-katanya dan diganti dengan “sampah-sampah yang berserakan alangkah mengganggunya merah, kuning, hijau di pinggiran jalan bentukmu nyata siapa gerangan yang bertanggung jawab”. Ya jika bapak menjawab ini adalah tanggung jawab bersama, itu adalah jawaban yang sangat bijak. Tapi, sudahkah sarana dan prasarana pembuangan sampah sudah memadai? Untuk masalah sampah yang berserakan mudah sih sebenarnya. Salah satunya ya di buat tempat pembuangan sampah di setiap sudut jalan yang memang adalah tempat pembuangan sampah. Ini saya lihat di sepanjang jalan Universitas kita tak ada tong sampah yang menadah sisa pembuangan, jelas saja tanah di pinggir jalan yang tak bersalah sebagai korban tempat pencampakan sampah yang sudah tak berguna lagi menurut sebagian orang. Kemudian jangan tergantung pada truk pengangkut sampah yang di sediakan oleh pemerintah tapi kita harus punya truk penggangkut pribadi milik Universitas yang rutin mengutip sampah di tong-tong sampah itu setiap hari. Jadi, tak ada lagi sampah yang berserakan di pinggir jalan. Oh, sudah ada ya truk penggangkut sampah milik Unsyiah? Kok saya gak pernah liat ya? Wah ketinggalan zaman banget ya saya. Oh, belum ada ya. Kayaknya cocok ini diadakan jadi ada penaggulangan samapah secara refresif setalah penaggulangan secara preventif sudah dilakukan dengan mengadakan tong sampah di setiap sudut yang rawan sampah. Wah terlalu dilematis ya pak Unsyiah ini kalau biasanya yang rawan itu rawan kecelakaan, rawan bencana dan rawan perampokan nah di Unsyiah ini kita ada rawan sampah.
Parkir? Pernahkah terbesit di pikiran bapak tentang kata itu? Terus hanya berpikir untuk menyediakan lahan parkir gratis tanpa memikirkan dampak yang terjadi. Parkir gratis! Itu sangat perlu pak, apalagi bagi mahasiswa Unsyiah yang tinggalnya ngekost dengan tidak membayar parkir maka mengurangi sedikit beban pengeluaran perharinya tapi caranya saya anggap sedikit salah bukan penyediaan lapangan baru atau pembutan area gratis parkir hanya di satu tempat saja. Tapi, seharusnya di semua fakultas sudah harus diterapkan gratis parkir dan tanpa harus mengusir tukang parkir. Gaji donk tukang parkirnya perbulan dengan gaji yang setimbal, dengan penghasilan seperti ia mengutip dana parkir seribu rupiah untuk satu kendaraan. Dengan begitu, mahasiswa mendapatkan fasilitas parkir gratis dan kendaraan yang di parkir tetap terjaga dan ada yang bertanggung jawab setiap ada kehilangan dan area parkir tidak carut-marut, malang melintang kareana ada yang mengatur parkir dengan gaji bulanan, dengan begitu insya Allah akan tercipta sedikit kerapian pemandangan kendaraan di setiap tempat-tempat parkir. Bukan membebaskan biaya parkir dengan area yang tak terjaga sehingga kendaraan tidak aman seperti yang saya baca dari pers detak ada mahasiswa yang kehilangan kendaraannya di area parkir gratis semoga menjadi pertimbangan.
Setiap umat muslim adalah saudara, tapi sepotong kutipan ayat al-qur’an tersebut belum sepenuhnya dapat terwujud secara mengeneral di lingkungan hidup kita, ini terbukti dengan adanya blog-blog khusus di setiap Fakultas bukankah semua Fakultas bernaung dalam satu Universitas yaitu Syiah Kuala namun haruskah kita memandang Fakultas itu lebih berkelas dan yang lainnya tak berkelas? Saya kira di awal masuk kuliah sudah sangat baik setiap mahasiswa dari seluruh Fakultas di kupulkan menjadi satu dalam ruang untuk dikenalkan tentang Universitas Jantong Hatee rakyat Aceh ini. Nah, apakah acara itu hanya sebagai sebuah seremoni belaka? Jika ya jawabnya, sia-sialah kerja panitia yang bergabung disana. Seharusnya bapak membuat SK (Surat Keputusan) kepada seluruh fakultas untuk saling berinterkasi bukan hanya secara akademik saja tapi hal-hal dalam kehidupan sehari-hari. Seperti membuat ceramah mingguan ataupun bulanan yang pesertanya bukan hanya dari satu Fakultas yang sama tapi dari seluruh Fakulatas dengan perwakilan dan terus bergiliran. Program UP3I saya rasa juga hanya serangkaian seremoni untuk mendapatkan nilai matakuliah agama saja. Jadi hal itu tidak cukup untuk menambah kedekatan kita sesama muslim dan program itu hanya untuk satu jurusan, jadi kami hanya mengenal mahasiswa yang hanya dari jurusan kami. Kemudian acara-acara sosial yang di lakukan seperti bakti sosial yang saya rasa sudah ada tapi ini harus benar-benar di buat bukan hanya mengatas namakan lembaga kemahasiswaan tertentu tapi dibuat sunguh-sungguh untuk memupuk rasa kebersamaan dan saling memilki antara satu dengan yang lainnya. Atau bapak juga bisa membuat SK yang seperti di sekolah-sekolah dasar yang membuat operasi semut. Yah, walaupun kita adalah orang yang intelegentnya tinggi kita juga harus bisa belajar dari anak-anak kita lihat bagaimana sistem di sekolah dasar untuk membersihkan sampah dari kelas satu samapai kelas enam mereka bersama-sama mencari sampah di lapangan dengan begitu satu sama lain saling berinterksi dan mengenal saya kelas satu, saya kelas dua, dan seterusnya. Nah, sistem ini saya kira juga bisa kita terapkan pak untuk mengasah persatuan dan kesatuan kita dari hal-hal yang kecil. Jadi, mahasiswa beramai-ramai berkumpul menjadi satu bukan hanya pada saat demo dengan kebijakan yang dianggap tak sesuai. Tapi, mahasiswa bersatu dalam hal-hal yang lebih positif seperti membersihkan sampah di lingkungkung Universitas jantong Hatee Rakyat Aceh ini dan banyak hal-hal positif lainnya yang dapat dilakukan untuk memupuk kebersamaan kami sebagai manusia asal ada pemimpin yang mampu mengajak untuk bersatu dalam kebaikan.
Beasiswa oh beasiswa
Saya sedikit ingin mengomentari mengenai beasiswa yang di keluarkan oleh Unsyiah ini pak, banyak beasiswa yang mengharuskan mahasiswa mengurus surat administrasinya dengan menunjukan surat miskin. Namun, saya melihat banyak mahasiswa yang mampu kehidupan ekonominya juga ikut mengurus beasiswa ini. Ini menjadi kerja yang sedikit berat bagi para anggota birokrat untuk beasiswa yang mengatas namakan kemiskinan, harus benar-benar mempunyai tim survey lapangan yang cukup agar dana yang di khususkan untuk keluarga tak mampu tidak jatuh ketangan yang salah. Fine-fine saja sebenarnya, tapi bukankah ini sedikit menzalimi, dimana saat pengurusan ada mahasiswa yang benar-benar miskin tak lulus seleksi hanya karena tak ada 3D adalah istilah orang desa yang berarti Deking, Dana, dan Dukun Untuk menembus beasiswa yang seharusnya menjadi haknya. Saya harap ini menjadi PR bapak untuk meninjau ulang kembali, sudahkan dana miskin yang di berikan pemerintah benar-benar tepat sasaran? Saya bukan berkata bohong (ulok-ulok) ini real terjadi pada diri saya sendiri. Sebenarnya saya tidak mau dikatakan miskin tetapikan ukuran miskin itu ada beberapa aspek kenapa seseorang dapat dikatakan miskin yakni miskin ekonomi, sosial bahkan miskin iman menjadi patokan seseorang dapat  dikatakan miskin. Nah secara ekonomi kalau boleh di data dengan statistik saya adalah orang yang berada di bawah garis kemiskinan. Kenapa saya katakan begitu, karena orang tua saya hanya tinggal ibu, rumah menumpang dan bekerja sebagai buruh itu secara ekonomi dengan perhitung statistik. Tapi, jika saya ukur dengan rasa syukur saya terhadap nikmat Allah saya adalah orang yang sangat kaya karena saya tak perlu mendapat beasiswa miskin saya tetap mampu membayar SPP dan membiayai kehipan seharai-hari. Wah maaf ini pak saya jadi curhat, mungkin saya hanyalah satu dari beribu mahasiswa miskin yang membutuhkan bantuan secara finansial namun tak mendapatkan haknya. Malah orang yang lebih mampu secara ekonomi mendapatkan bantuan itu. Nah, kasus ini harus menjadi renungan bapak bagaimana caranya dana bantuan miskin benar-benar jatuh ketangan yang benar. Bukan karena adanya 3D yakni Deking, Dana, dan bahkan Dukun hehehe.
Ok saya kira dari saya itu saja pak, terimakasih atas waktu bapak untuk menyempatkan membaca tulisan tak berarti saya ini. Saya ulangi bahwasannya saya ini hanyalah manusia biasa yang tak luput dari dosa dan kita sebagai umat nabi Muhammad dan hamba Allah yang selalu ingin mendapatkan keridhoaan-Nya haruslah saling mengingatkan sebagai mana ayat al-‘ashr (1-3) “demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat-menasehati supaya menetapi kesabaran” maha benar Allah dengan segala firman-Nya.
Demikian surat saya ini saya tuliskan, saya ucapkan ribuan terimaksih atas kesedian bapak untuk membacanya. Semoga kita selalu dalam lindungan-Nya. Amin ya rabbal alamin..
Wassalam...



Hormat saya,
Mahasiswa FISIP UNSYIAH
Jurusan Sosiologi


Suherman Sinaga