Minggu, 13 November 2011

PUISI "PERSEMBAHAN UNTUK IBU"


Persembahan Untuk Ibu

Inilah kehidupan yang beragam, semua sudah diatur sedemikian rupa oleh sang Pencipta yang maha Agung. Tidaklah mungkin apa yang terjadi dalam kehidupan tanpa kehendak-Nya. Bayangkan, jika dalam kehidupan semua orang sama. Tidak ada kaya tidak ada miskin, semua kaya atau semuanya miskin apa jadinya dunia tanpa keberagaman itu? Kaya dan miskin sudah di tentukan oleh sang khalik,  sebagai manusia hanya menjalani kehidupan yang sudah di tetapkan ini. Sebagai manusia hanya berusaha dan berdo’a untuk mendapat ridho-Nya. Karena semua yang ada di dunia, yang kita miliki, hanyalah titipan yang pasti akan di ambil kembali.
Sebuah kisah yang di alami seorang ibu paruh baya sebut saja mak buyung. Dipanggil mak buyung karena dia punya seorang anak lelaki berusia 7 tahun bernama buyung. Kehidupan yang pas-pasan dalam ekonominya selalu di syukuri dan semua yang dialami tidak pernah dieluh-eluhkan. Kerjanya hanya sebagai pemulung setiap hari ia harus mengais sampah-sampah yang kotor dan bau untuk mendapatkan sampah yang dapat di manfaatkan. Tetapi dia tetap bisa menyekolahkan anak satu-satunya itu. Semenjak ditinggalkan oleh suaminya dialah yang berperan ganda mengurusi anaknya itu. Walaupun kerjanya hanya sebagai pemulung tapi tekatnya untuk menyekolahkann anaknya sangat kuat.  
Sekarang buyung masih duduk di bangku sekolah dasar, buyung adalah anak yang pintar ia juga anak yang baik. Dia mengerti perjuangan orang tuanya sehingga dia pun besekolah dengan sungguh-sungguh. Semua teman-teman dan guru-guru di sekolahnya sangat sayang pada buyung karena selain pintar dia juga pribadi yang  bersaja. Meskipun keadaan orang tuanya sangat pas-pasan buyung tidak pernah merasa minder dalam bergaul di sekolah. Meskipun sejak kecil ia tidak pernah mendpatkan asupan nutrisi yang cukup tetapi buyung selalu mendapatkan juara satu di sekolahnya. Karena ia sangat rajin belajar tidak ada waktu bermain saat pulang sekolah, ia membantu ibunya sambil belajar apa yang sudah di dapatnya di sekolah.  
Waktu terus berlalu tanpa tersa kini buyung sudah duduk di bangku sekolah lanjutan tingkat pertama, buyung bersekolah di sekolah favorit tempat orang-orang elite dan pintar tapi karena kepintarannya ia mampu bersaing dengan anak-anak yang lain. Pada saat itu ia mendapatkan cobaan dari Allah, ibunya yang selalu bekerja untuk dirinya sakit keras. Ia sangat bingung harus berbuat apa, mau membawa ibunya berobat ke puskesmas ia tidak punya uang untuk membayar pengobatannya. Lima hari sudah berlalu, penyakit ibunya tidak kunjung sembuh. Buyung tidak bersekolah hanya mengurusi ibunya dan menggantikan pekerjaan ibunya sebagai pemulung untuk mendapatkan uang sebagai kebutuhan harian mereka berdua.
Siang hari yang sangat terik, saat ia sedang menyiapkan makan siang untuk ibunya yang sedang terbaring lemah di kasur tiba-tiba ia mendengar suara ketukan di depan rumahnya. Suara salam pun terdengar dari luar dan dia sudah tidak asing lagi dengan suara itu. Setelah ia membuka pintu ternyata benar dugaannya wali kelasnya yang datang Buk Aisyiah datang untuk menayakan kabarnya. Saat mereka berbincang-bincang di depan tiba terdengar suara batuk mak buyung yang terdengar sangat menahan sakit itu. Lalu Buk Aisyiah lansung masuk kekamar dan melihat kondisi mak buyung yang sangat memprihatinkan. Tanpa di suruh Buk Aisyiah langsung menuntun Mak Buyung ke dalam mobilnya dan membawa berobat ke dokter. Dua hari kemudian Mak Buyung sudah sembuh dan sudah bisa bekerja lagi. Mak Buyung sangat semangat bekerja untuk menabung uangnya sebagai bekal anaknya meneyelesaikan sekolahnya sampai keperguruan tinggi karena harapan yang paling diinginkan oleh Mak Buyung adalah dapat melihat anaknya menggunakan baju toga dan berdiri di depan ribuan mahasiswa yang lain dan yang terpenting anaknya itu dapat merubah kehidupannya lebih baik dari sekarang.
Walau dengan penghasilan yang pas-pasan hal yang paling di syukuri Mak Buyung yaitu ia tidak pernah kekurangan untuk membiayai sekolah anaknya. Kehidupannya jauh dari kemewahan tidak seperti teman-teman sebayanya tetapi iia tetap bersyukur bahwa tuhan telah memberikanya seorang wanita terindah yaitu ibunya. Setiap air matanya keluar ddari ibunya menjadi motivasi bagi buyung untuk lebih maju dan senyum ibunya adalah semangat bagi dirinya dalam setia melangkah. Sekarang buyung sudah duduk di bangku SMA, kini ia sudah menjadi seorang remaja. Walaupun sudah menjadi remaja yang mandiri tidak membuatnya berubah ia tetap ingat semua perjuangan ibunya itu yang membuantanya tidak lepas kendali seperti remaja-remaja lain yang salah arah.
Lagi-lagi meraka mendapatkan cobaan dari Allah, pemukiman yang mereka tempati selama ini akan di gusur oleh pihak-piihak penguasa yang tidak punya hati dan tidak bertanggung jawab, dan tempat itu akan di bangun sebuah pabrik industri. Mereka sangat bingung, seperti putus harapan padahal hanya beberapa bulan lagi buyung akan sudah akan menyelesaikan pendidikan di SMA. Disaat kegundahan itu melanda hati Mak Buyung, Allah memberikan pertolongannya lagi-lagi lewat tangan Buk Aisyiah yang dulu pernah menolong Emak di waktu sakit keras. Kini ia ddatang bagai malaikat ia memberikan sebidang tanah untuk Emak dan Buyung. Kemudian  didirikan gubuk bambu oleh Emak dan Buyung untuk tempat tinggal mereka. Kini mereka tinggal di gubuk bambu walau begitu mereka tetap bersyukur kepada Allah mereka masih punya tempat tinggal. Beberapa bulan kemudian Buyung lulus dari SMA dan ia berhasil mendapatkan beasiswa ke luar negeri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar